Nyoba Baca

Rabu, 04 Mei 2011

"Yang penting itu Tekad"

Jika ditanya hal apa yang bisa mengalihkan perhatianku untuk waktu yang lama? Salah satu jawabanku adalah tv. Entahlah, acara apapun (kecuali sinetron ala Indonesia) misalnya petualangan, kuiz ataupun berita bisa membuatku betah berjam-jam di depan tv.
Itu pula yang terjadi di sini. Saat bangun tidur, yang pertama aku lakukan adalah menyalakan tv. Saat akan tidur pun, yang terakhir aku lakukan adalah mematikan tv. Hahaha. Kendala bahasa tidak menghalangiku untuk menyaksikan berita maupun kuiz. Untuk itu, beberapa postingan berikutnya temanya tidak akan jauh dari apa yang aku lihat di tv.
Untuk kali ini, aku akan cerita tentang drama pendek yang sangat menggelitik sekaligus 'menohok' di saat yang sama.
Tadi malam sebelum tidur, aku mendapati
acara drama bersambung di tv. Kalau tidak salah, minggu lalu aku juga melihat drama ini sekilas. Yang langsung menarik perhatianku adalah salah seorang tokoh wanitanya yang bertubuh gempal. Hmm.. Sepertinya tidak beda jauh dengan diriku saat ini.
Ceritanya, si wanita A bekerja partime di sebuah toko kue (sebenarnya, wanita ini juga adalah seorang penulis di sebuah majalah wanita terkenal. Mungkin dia sedang menyamar yah? Aku juga tidak tahu pasti). Dia jatuh hati pada sang pemilik sekaligus chef di toko tersebut. Akibat bekerja di situ, dia menjadi sangat gendut karena selalu makan kue-kue tart ataupun short cake yang penuh dengan krim dan gula (yummy!). Aku tidak tahu bagaimana awalnya sehingga dia bisa suka kepada sang chef dan bagaimana bisa sang chef kenal dengan seorang wanita B  yang tidak pernah ditemuinya namun sering berhubungan lewat telpon.
Singkat cerita, sang chef mulai menyukai B dan berharap bisa bertemu dengannya. Dia tidak tahu bahwa A adalah B dan B adalah A. Ketika dia mengirimkan pesan ataupun telpon, yang menerima pesan dan telpon itu sebenarnya adalah A yang selalu berada di dekatnya. Kerapkali dia meminta bantuan A untuk menuliskan pesan-pesan yang romantis untuk dikirimkan ke B. B membuat sang chef berusaha bereksperimen membuat kue-kue baru yang enak. Berkali-kali mereka membuat janji bertemu, namun wanita B selalu saja membuat alasan agar pertemuan tersebut gagal.
Di tempat yang lain, A yang semakin menyukai sang chef merasa kesusahan karena dia malu jika harus bertemu sang chef dengan kondisi badan yang seperti itu. Berbagai cara dilakukannya agar dapat menguruskan badan, misalnya membeli semacam ikat pinggang yang bisa bergetar dan dipercaya hanya dengan memakainya sepanjang waktu lemak di perut dan pinggang akan berkurang. Tidak berhasil. Dia mencoba melakukan diet yang ketat, namun, dalam seminggu hanya bisa turun sekitar 4 kg.
Sementara itu, sang chef akhirnya berhasil meyakinkan dia untuk bertemu dalam 2 minggu ke depan. Tidak ada alasan lagi untuk menolaknya. Sang chef juga menanyakan kue kesukaannya agar sang chef dapat membuatkan kue tersebut dan memberikannya di saat mereka bertemu.
"Apa yang harus kulakukan?" pikir A. Menurunkan berat badan sekitar 30kg dalam 2 minggu sepertinya sangat tidak mungkin. Akhirnya A mendatangi seorang konsultan kesehatan. Ketika mendengar keluhan A, spontan jawaban sang konsultas, "Muri da!". Mustahil!. Melihat kesungguhan A, konsultan itu lalu menwarkan obat khusus pengganti makanan berbentuk kapsul. Masalahnya obat itu masih dalam masa uji coba sehingga efeknya tidak dapat dipertanggung jawabkan. Untuk itu A harus menandatangani perjanjian bahwa tidak akan menuntut sang konsultan apapun efeknya nanti. Sang chef pun berusaha membuat kue kesukaan B.
Akhirnya waktu yang dijanjikan pun tiba. Wanita A yang telah berubah menjadi sangat langsing menunggu sang chef di depan air mancur. Setelah lama menunggu, seorang anak kecil datang membawakan kotak kue untuk sang wanita. Ternyata isinya adalah sepotong kue kesukaan sang wanita. Kue yang sangat enak karena dibuat dengan sungguh-sungguh.
Belakangan ketahuan mengapa sang chef tidak berani menampakkan diri di depan sang wanita. Itu karena dia telah menjadi sangat gendut setelah berusaha keras membuat kue istimewa untuk sang wanita. Tentu maksudnya di sini, dia tidak hanya membuat, tetapi juga mencoba semua kue-kue yang dibuatnya.
Hahaha..

Yang menarik buatku sebenarnya adalah drama ini mengingatkanku kepada suamiku tersayang. Pasca hamil dan melahirkan berat badanku tidak kunjung berkurang. Di awal melahirkan aku biasa berkelit dengan berkata, "Maklum, ibu yang baru melahirkan kan wajar kalau masih ndut. Nanti juga turun sendiri kok." Tapi.. sekarang putraku sudah hampir 2 tahun. Artinya, alasan itu sudah tidak mempan lagi dipakai, hehehe.
Bukan cuma sekali aku berniat untuk menurunkan berat badan. Tapi, kok nyaris tidak ada hasilnya ya??? Kalau ditanyakan kepada suamiku, pasti dia cuma akan geleng-geleng kepala sambil tersenyum dan berkata, "Tidak terhitung lagi deh berapa kali.. Sayang cuma janji-janji surga. Yang penting itu tekad! Tekad yang bulat. Jangan cuma sekadar niat..".
Tekad? Hmmm...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar