Kamis, 30 Juni 2011

Arah Nasib..

Duduk di bawah pepohonan petang ini terasa begitu sejuk. Angin sepoi berhembus perlahan di antara dedaunan hijau cerah yang melambai di atasku. Ini membuatku betah menghabiskan sedikit waktu sambil menunggu dimulainya kelas berikutnya. Hari ini memang tidak seperti beberapa hari sebelumnya yang begitu panas menyengat. 
Suara lonceng tanda kuliah sebelumnya baru berakhir terdengar. Segerombolan mahasiswa terlihat keluar dari gedung kuliah di sebelah kananku. Beberapa yang lain mulai menyusul di belakangnya. Sementara itu jendela-jendela perpustakaan di sebelah kiriku mulai dibuka. Ya, udara yang mulai sejuk pertanda AC perpustakaan harus dimatikan dan jendela dibuka lebar-lebar agar udara sejuk bisa masuk ke dalam. Aku tersenyum. Sudut jendela di lantai 3 itulah tempat aku biasanya menghabiskan waktu di luar kuliah. Kadang dengan penuh semangat aku belajar ketika sebuah materi kuliah menarik perhatianku. Namun tidak jarang pula kebosanan luar biasa menderaku. Hmm.. Tampaknya kali ini tidak ada yang duduk di sudut itu.

Selasa, 28 Juni 2011

Panass.. Panasss..

Selalu ada dilema setiap kali ingin menyalakan AC di sini. Mungkin akan ada berkata, "Nyalain AC aja kok repot?! Kan tinggal pencet tombol ON. Beres!". Bukan begitu.. Nanti akan kuceritakan sebabnya.

Selasa, 21 Juni 2011

Mubazir? Ataukah..

Ini adalah buah Biwa dalam bahasa Jepang. Sepertinya aku belum pernah melihat buah yang sejenis di Indonesia. Aku tidak bisa menggambarkan rasanya tetapi menurut teman-temanku yang pernah mencicipinya, rasanya sangat manis. Pantas saja harganya cukup mahal di supermarket. Untuk sekitar 10 biji buah ini, bisa dihargai sekitar 30-40ribu rupiah. Jika ukurannya sebesar apel Fuji atau jeruk manis, mungkin tidak akan begitu rugi rasanya menghabiskan uang sebanyak itu. Masalahnya, buah ini paling besar hanya seukuran biji nangka.. Karena alasan itulah aku belum pernah membelinya. Aku lebih memilih membeli melon Mexico berwarna kuning yang ukurannya sangat besar dengan harga jauh lebih murah ketimbang 10 biji Biwa yang kecil-kecil.

Yang ingin kubahas di sini bukan tentang buah ini sebenarnya, tetapi lebih ke kebiasaan hidup orang Jepang.

Senin, 20 Juni 2011

Berkah Sekotak Kopi Blend

 Pagi ini aku kembali bangun kesiangan. Alarm yang mengingatkanku untuk membuang sampah (hari ini hari sampah yang bisa dibakar-Moerugomi) tidak kugubris. Jumat minggu lalu pun aku lupa membuang sampah seperti itu sehingga bisa dipastikan berandaku akan kembali penuh dengan sampah dapur yang sedikit bau dan mengundang lalat-lalat kecil meski terbungkus rapi dalam kantung plastik. Untung saja ingatan akan kuliah di jam pertama membuatku segera bangun dan merapikan kamar. Untuk sarapan aku hanya sempat menghabiskan seporsi pudding nanas yang masih tersisa di kulkas sambil menonton drama bersambung kesukaanku yang mulai tepat di jam 08.00 pagi. Di hari lain saat masih

Selasa, 07 Juni 2011

Tantangan Baru

"Mau pakai pos kilat atau biasa?" tanya petugas pos padaku.
"Kalau pos biasa berapa? Sampainya kapan?" jawabku dengan bimbang. Surat itu harus tiba  paling lambat besok siang.
Petugas itu lalu mengetik sesuatu di komputer lalu menjawab, "Biayanya 80yen dan tiba besok sore di Hiroshima".
"Pos kilat saja kalau begitu".

Ada rasa lega yang sukar diungkapkan dengan kata-kata ketika amplop putih itu kuberikan kepada petugas pos. Ahh.. Syukurlah..
Aku berniat mencari kerja sambilan