Sabtu, 25 September 2010

Keteledoran yang Mungkin Berakhir Tragedi

Saat itu aku berada di sebuah kereta listrik ekonomi AC Bgr-Jkt. Aku dan beberapa teman baru saja mengunjungi seorang guru kami waktu Sma yang sedang mengikuti pelatihan di kota Bgr. Sebuah perjalanan yang cukup melelahkan namun melegakan buatku.
Aku berangkat dari rumah sekitar pukul 09.00 pagi setelah menerima telpon dari seorang teman bahwa dia dan teman yang satunya lagi telah naik kereta dari Jkt dan akan segera tiba di stasiun dekat kosku. Aku telah diberitahu nama keretanya sehingga nanti Aku bisa langsung naik dan bertemu mereka tanpa mereka harus turun dari kereta terlebih dahulu.
Seperti yang lalu-lalu, pertemuan dengan teman lama akan membangkitkan memori
akan masa-masa kami di sekolah dulu. Kisah masa lalu yang sepertinya tidak pernah habis meski terus dan terus diulang pada setiap reuni seperti saat ini. Selalu saja ada momen yang meskipun kadang kala memalukan, namun tetap saja menarik untuk diceritakan. Ah, masa SMA memang paling seru dan menyenangkan yaa..
Saat itu kereta baru saja meninggalkan kota Bgr kurang lebih 5menit. Tiba-tiba terdengar teriakan histeris dan umpatan dari seorang ibu yang duduk di deretan kursi tidak jauh dariku. Ada apa? Ada apa? Serentak terlihat wajah-wajah ingin tahu dari para penumpang yang berada di gerbong yang sama. Ternyata, si Ibu itu baru saja sadar kalau seorang anaknya masih tertinggal di stasiun Bgr. Astagfirullah. Kok bisa? Padahal si Ibu itu bersama dengan keluarganya yang lain yang terdiri dari 5 orang dewasa dan 3 anak kecil. Kok bisa mereka sampai melakukan keteledoran seperti itu?!! Aku jadi ikut-ikutan panik. Instingku sebagai seorang ibu membuatku paham mengapa Ibu itu sampai histeris hingga terduduk di lantai kereta.Pasti di pikiran Ibu telah terbayang kemungkinan-kemungkinan mengerikan yang bisa terjadi pada buah hatinya. Bagaimana jika anak itu terbawa oleh kereta lain hingga ke tempat-tempat yang membuatnya tidak bisa ditemukan? Bagaimana jika anak itu lalu diculik oleh oknum yang tidak bertanggung jawab yang kemudian, misalnya, menjadikannya pengamen jalanan lalu melakukan pelecehan seksual padanya? Begitu banyak kemungkinan buruk yang bisa menimpanya. Saat itu sudah waktu menunjukkan sekitar pukul 18.15 wib. Suasana di luar mulai gelap. Kota Bgr adalah kota akhir tujuan kereta dan di home stasiun saat kami akan naik mungkin ada 5-6 kereta lain yang juga menunggu waktu untuk diberangkatkan. Kereta yang kami naiki saat itu berada hampir di tengah-tengah kereta lain sehingga untuk menaikinya, kami harus naik-turun beberapa kereta lain. Tidak ada hal lain yang bisa dilakukan oleh petugas yang berada di gerbong kami. Kereta tidak seperti bus atau bajaj yang bisa diberhentikan di sembarang tempat. Jarak antara stasiun tadi dengan stasiun berikutnya agak jauh dan melewati perkampungan dan desa-desa kecil. Mereka harus sabar menunggu kereta tiba di stasiun berikutnya untuk turun dan menunggu kereta lain yang akan membawa mereka kembali.
Yang Aku tidak habis pikir, kok bisa hal itu terjadi? Ibu itu bersama dengan keluarga yang lain yang jumlahnya cukup banyak. Kok bisa sampai mereka melupakan satu anak itu? Kasihan benar dia. Entah apa yang terjadi padanya saat ini. Mungkin dia sedang menangis di salah satu sudut stasiun menunggu ibunya datang menjemputnya. Tapi mungkin saja naluri kanak-kanaknya membuatnya berinisiatif untuk mencari sendiri ibu dan kelurganya yang lain dengan naik kereta yang lain. Kemungkinan yang terakhir agak menakutkan buatku. Jkt begitu luas dan begitu banyak orang-orang jahat. Anak yang berada dengan aman di rumahnya saja sering diculik dan dieksploitasi, apalagi seorang anak yang hilang seperti itu..
Sesaat terbayang bagaimana jika anakku yang mengalami kejadian ini. Betapa mengerikannya..
Tidak banyak informasi  yang dapat diperoleh tentang anak yang tertinggal itu. Masih teriakan histeris dan omelan. Anggota keluarga yang lain sepertinya tidak berani berkata-kata karena takut disalahkan nantinya. Aku lihat seorang bocah berusia sekitar 8 tahun berdiri ketakutan di belakang seorang pria. Dari umpatan sang Ibu yang sesekali ditujukan ke sang bocah, sepertinya bocah itu adalah kakak dari anak yang tertinggal. Sepertinya tadinya mereka selalu bersama, namun tiba-tiba terpisah sehingga si Ibu juga menyalahkan bocah itu. Si Ibu juga menuding pria lain yang berdiri tidak jauh dari mereka sebagai biang keroknya karena membuat mereka tergesa-gesa naik ke kereta.
Bisik-bisik penumpang lain terdengar. Beberapa menyalahkan si Ibu karena tidak mau bersabar menunggu kereta berhenti. Kelakuan Ibu itu memang sangat mengganggu kenyamanan penumpang lain, namun, Aku tidak menyalahkannya sama sekali. Pada saat seperti ini, tidak ada lagi yang rasional bagi seorang Ibu. Yang ada hanya rasa sedih, takut, dan marah.
Setelah sekitar 20 menit berjalan, kereta akhirnya tiba di stasiun berikutnya. Semua anggota keluarga itu segera turun dengan terburu-buru. Kata seorang teman, belum tentu kereta yang akan membawa mereka kembali ke Bgr segera ada. Kereta memang tidak selalu ada. Kadangkala butuh waktu lama. Meskipun misalnya kereta segera datang, butuh waktu lagi sekitar 20 menit untuk mencapai stasiun. Dalam waktu itu, begitu banyak hal bisa terjadi pada seorang anak kecil.
Aku berharap bahwa nasib baik akan membuat mereka dapat bertemu kembali dengan sang anak. Aku mendoakan yang terbaik untuk mereka.

-Selesai-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar